Anak Gadisnya Dirudapaksa Hingga Temui Ajal, Ibu Korban Pembunuhan di Siak 6 Hari Tak Bisa Makan
Mengenang sosok Vebby Riskika Mayasthani (VRM), Gadis cantik korban pembunuhan di Siak Riau .
VRM dikenang sang ibu anak periang yang tak malu membantu berjualan di depan rumah mereka.
Sejak kepergian anaknya yang tragis, ibu gadis cantik yang jadi korban Pembunuhan di Siak masih tak selera makan.
Sudah 6 hari nasi tak tertelan mengenang sang putri.
Hani Setiani (51) berkisah tentang sang putri yang masih belia tapi meninggal dengan tragis kepada Tribunepkanbaru.com saat berkunjung ke rumah duka di RT 01 RW 1 Dusun 1 Kampung Paluh, Siak.
VRM merupakan anak yatim karena sang ayah sudah meninggal dunia 3 tahun yang lalu.
Ani demikian sapaan akrabnya menuturkan, VRM adalah anak kedua dari tiga bersaudara.
Kakaknya Vella Haristin Rinanda dan adiknya Veni Milanda Pramesti.
Ketiga anak ini saling berlomba untuk membuka dagangan di depan rumah sepulang sekolah.
“Jika Vebi (VRM) pulang lebih dulu maka dialah yang jualan. Jualannya ya seperti kantin di sekolah, makanan anak-anak. Hasilnya untuk mereka, seperti untuk membeli paket data,” kata Ani.
Selain itu, VRM juga sangat mudah bergaul. Ia akrab dengan tetangga dan menyenangi anak-anak.
Terbukti ia bersahabat akrab dengan anak SD, yakni Virza dan Aulia, yang berdekatan rumah. Bahkan VRM tidak membolehkan dua anak itu memanggil kakak kepada dirinya.
“Katanya geli kalau kami panggil kakak, dia maunya dipanggil Vebi aja, biar teman,” kata Aulia dan Virza yang mendampingi Ani.
Kedua anak SD yang berdekatan rumah sama VRM ini ikut mencari saat VRM hilang.
Kedua anak ini juga tidak bisa terima kepergian VRM dengan cara tak wajar.
Saat pertama kali mendengar VRM sudah meninggal, kedua bocah ini langsung berlari ke rumah VRM sambil terisak-isak.
“Lain rasanya tidak ada Vebi. Kami banyak belajar sama dia, dan kami juga sering bermain. Ada aja yang terpikir oleh Vebi yang membuat kami senang selama ini,” tutur Ani.
Punya Cita-cita Mulia
Semua tetangganya kehilangan sosok gadis cantik yang suka membuat suasana jadi cair.
Baik orang tua, muda maupun anak-anak, semuanya menyenangi sosok VRM dan keluarganya.
Ibu VRM berdarah Madura dan almarhum ayahnya berdarah Bugis.
Mereka tinggal di Paluh sudah puluhan tahun. Para tetangga di Paluh sudah ibarat keluarga bagi keluarga perantauan ini.
Selama mereka tinggal di Paluh tidak sekalipun bermasalah dengan orang lain.
“Warna kesukaan Kak Vebi hitam dan putih. Selama ini ia tidak pernah mengatakan cita-citanya, hanya ingin sekolah, membantu dan membahagiakan ibu. Kalau nanti kuliah, sambil bekerja biar tidak memberatkan ibu,” kata adiknya, Veni kepada Tribunpekanbaru.com.
Veni juga belum bisa menerima kenyataan itu. Ia lebih banyak diam menyembunyikan raut muka
kesedihannya di balik masker.
Ia juga sering melirik foto-fotonya bersama VRM yang tertempel di dinding ruang tamu.
“Foto-foto ini semua kami bertiga yang nempelin, idenya Kak Vebi. Setiap kami berfoto gaya kak Vebi keren dengan senyumnya yang natural,” kata dia.
Menurut Veni, VRM adalah sosok inspirasinya selamanya ini.
Cara bergaul VRM yang supel dan disenangi semua orang di sekitar rumahnya membuat Veni takjub.
Di RW tempatnya tinggal tidak banyak orang seperti VRM.
VRM pula yang mendukung cita-cita Veni untuk menjadi Polwan suatu saat nanti.
Dengan kejadian yang menimpa kakak keduanya tersebut, Veni semakin kuat untuk menjadi Polwan.
“Katanya biar bisa menangkapi penjahat kalau jadi polisi. Dia sakit hati dengan penjahat yang membunuh kakaknya,” kata ibunya, Ani saat berbincang dengan Tribunpekanbaru.com.
Veni membenarkan, akan serius mengejar cita-cita itu. Saat ini ia masih duduk di bangku kelas III SMPN 1 Mempura. Ia berharap keluarga lain tidak mengalami nasib seperti keluarganya.
“Dari kecil memang sudah ingin jadi Polwan, ditambah lagi kami dapat kemalangan ulah penjahat,
jadi semakin kuat ingin jadi Polwan,” kata Veni.
Seperti halnya VRM yang dikarunia wajah cantik, Veni juga berwajah manis.
Kata Ani, wajah cantik anak-anaknya keturuan bapaknya yang juga berwajah ganteng ketika muda.
Kemudian darah anak-anaknya adalah campuran Bugis, Madura dan Jawa. Secara kultur anak-anaknya tersebut sudah menajdi orang Melayu.
“Jadi anak-anak saya ini sudah banyak sukunya, darah Indonesia di dalam jiwa raganya,” kata Ani.
Sumber : https://pekanbaru.tribunnews.com/amp/2022/02/09/anak-gadisnya-dirudapaksa-hingga-temui-ajal-ibu-korban-pembunuhan-di-siak-6-hari-tak-bisa-makan?page=4