Felix Siauw: Kemarin Adzan Dibandingkan dengan Kidung Ibu, Sekarang Dibandingkan dengan Gonggongan Anjing

 


Pendakwah, Felix Siauw menyinggung bahwa sebelumnya, ada yang membandingkan azan dengan kidung ibu. Kini, menurut Felix Siauw, kembali ada yang membandingkan azan dengan gonggongan anjing. “Kemarin adzan dibandingkan dengan kidung ibu,” kata Felix Siauw melalui akun Twitter pribadinya pada Kamis, 24 Februari 2022.

“Sekarang dibandingkan dengan gonggongan anjing, senggol teruslah bang, biar jadian sekalian,” sambungnya. Felix Siauw tidak menyebutkan soal siapa orang yang membanding-bandingkan azan tersebut.

Namun, saat ini media sosial tengah ramai membicarakan Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas yang dinilai membandingkan azan dengan gonggongan anjing. Pasalnya, Menag Yagut mencontohkan gonggongan anjing saat menjelaskan soal surat edaran yang mengatur penggunaan Toa di masjid dan musala.

Dilansir dari Detik News, awalnya Gus Yaqut menekankan bahwa Kemenag tidak melarang masjid dan musala menggunakan Toa sebab itu adalah bagian dari syar Islam.

“Tetapi ini harus diatur bagaimana volume speaker tidak boleh kencang-kencang, 100 dB maksimal. Diatur kapan mereka bisa mulai gunakan speaker itu sebelum dan setelah azan. Tidak ada pelarangan,” jelasnya pada Rabu. Yaqut juga menegaskan bahwa aturan ini dibuat semata-mata hanya untuk membuat masyarakat kita semakin harmonis dengan cara meningkatkan manfaat dan mengurangi ketidakmanfaatan.

“Karena kita tahu, misalnya ya di daerah yang mayoritas muslim. Hampir setiap 100-200 meter itu ada musala-masjid. Bayangkan kalau kemudian dalam waktu bersamaan mereka menyalakan Toa bersamaan di atas. Itu bukan lagi syiar, tapi gangguan buat sekitarnya,” katanya.

Gus Yaqut lalu juga mengajak membayangkan jika misalnya seorang muslim hidup di lingkungan nonmuslim dan rumah ibadah nonmuslim menghidupkan Toa sehari lima kali dengan keras.

“Yang paling sederhana lagi, kalau kita hidup dalam satu kompleks, misalnya. Kiri, kanan, depan belakang pelihara anjing semua. Misalnya menggonggong dalam waktu bersamaan, kita ini terganggu nggak?” kata Gus Yaqut. “Artinya apa? Suara-suara ini, apa pun suara itu, harus kita atur supaya tidak jadi gangguan.

Speaker di musala-masjid silakan dipakai, tetapi tolong diatur agar tidak ada terganggu,” lanjutnya. Oleh sebab itulah, Gus Yaqut kemudian meminta agar suara Toa diatur waktunya agar niat untuk syiar tidak menimbulkan gangguan masyarakat.

“Agar niat menggunakan speaker sebagai untuk sarana, melakukan syiar tetap bisa dilaksanakan dan tidak mengganggu,” pungkasnya.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel